Kamis, 16 Januari 2014

Pembelajaran Mandiri

MAKALAH MATERI PEMBELAJARAN MANDIRI




  
Disusun oleh :
Nama         :  Sri Suryani
Nim            :  137905031              



S2 TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014











Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah “Pembelajaran Mandiri”  ini meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini terwujud berkat bantuan dan saran-saran serta petunjuk dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Maka dari itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak- pihak tersebut.
Penulis menyadari bahwa Makalah Materi Pembelajaran Mandiri ini masih sangat sederhana dan terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan berikutnya.    
Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya .



Penulis,           











DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ...............................................................................................     i
KATA PENGANTAR ............................................................................................    ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................    iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................     1
        1.1. Latar Belakang Masalah ...........................................................................    1
        1.2. Tujuan Penulisan .......................................................................................    2
        1.3. Rumusan Masalah .....................................................................................    2
BAB II PEMBAHASAN  .......................................................................................    3
        2.1. Pembelajaran Mandiri ...............................................................................    3
        2.2. Metode-Metode Pembelajaran Mandiri .....................................................    7
        2.3. Sasaran dalam Pembelajaran Mandiri ........................................................  10
BAB III PENUTUP ................................................................................................   12
        3.1. Kesimpulan ..............................................................................................   12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................   13











BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Proses belajar sering melibatkan ketrampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Apabila belajar bukan sekedar suatu proses pengumpulan informasi baru maka peserta didik harus melibatkan diri secara total dalam proses belajar tersebut. Belajar bukanlah sekedar menerima informasi dari orang lain tentang apa yang ingin diketahuinya. Belajar yang sesungguhnya memerlukan motivasi yang tinggi dan suasana yang mendukung proses belajar. Untuk itu peserta didik memerlukan classroom of life di mana di dalamnya terdapat semangat self-directed learning atau pembelajaran  mandiri (PM).
Belajar mandiri bukan berarti hanya belajar sendiri tetapi dapat dilakukan secara berkelompok, seperti dalam kelompok tutorial. Belajar mandiri adalah salah satu cara meningkatkan kemauan dan keterampilan pembelajar dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung pada pengajar, pembimbing, teman, atau orang lain. Tugas pengajar hanya sebagai fasilitator atau yang memberikan kemudahan atau bantuan kepada pembelajar. Bantuan itu sifatnya terbatas seperti dalam merumuskan tujuan belajar, memilih materi pembelajaran, menentukan media pembelajaran, serta memecahkan masalah yang dihadapi pembelajar. Bantuan belajar adalah segala bentuk kegiatan pendukung yang dilaksanakan dalam pembelajaran jarak jauh untuk membantu kelancaran proses pembelajaran,yang berupa pelayanan akademik dan administrasi akademik, maupun pribadi.
Menurut Stewart, Keagen dan Holmberg (Juhari,1990) belajar mandiri pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh pandangan bahwa setiap individu berhak mendapat kesempatan yang sama dalam pendidikan. Proses pembelajaran hendaknya diupayakan agar dapat memberikan kebebasan dan kemandirian kepada pembelajar dalam proses belajarnya. Pembelajar bebas secara mandiri untuk menentukan atau memilih materi pembelajaran yang akan dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya. Jika dalam pembelajar konvensional lebih banyak berkomunikasi dengan manusia yaitu pengajar atau pembelajar lainnya. Sedangkan dalam pembelajaran jarak jauh lebih banyak berkomunikasi secara intrapersonal berupa informasi atau materi pembelajaran dalam bentuk elektronik, cetak maupun non cetak, seperti komputer/internet dengan surat elektronik (e-mail), atau melalui media telepon, faksimile, jasa layanan pos, siaran radio, ataupun siaran televisi.
1.2       Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari pembelajaran mandiri?
2.      Apa saja metode-metode pelaksanaan pembelajaran mandiri?
3.      Siapa sasaran yang tepat untuk pelaksanaan pembelajaran mandiri tersebut ?

1.3       Tujuan
1.      Meningkatkan Pemahaman mengenai pembelajaran mandiri.
2.      Mengetahui pelaksanaan pembelajaran mandiri, sudahkan berjalan dengan baik dan benar.
3.      Mengetahui Siapa sasaran yang tepat untuk pelaksanaan pembelajaran mandiri tersebut















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pembelajaran Mandiri
Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada pengajar menjadi pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student Centered Learning) diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam proses SCL, maka mahasiswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk belajar secara mandiri , dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas mahasiswa. Pembelajaran yang inovatif dengan metode Student Centered Learning ini memiliki    keragaman    model    pembelajaran    yang   menuntut partisipasi aktif dari mahasiswa.
 Metode-metode tersebut diantaranya adalah:
a.       Berbagi informasi  (Information Sharing) dengan cara, curah gagasan  (brainstorming), kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (group discussion), diskusi panel (panel discussion), simposium, dan seminar
b.      Belajar dari pengalaman (Experience Based) dengan cara simulasi, bermain peran (roleplay), permainan (game), dan kelompok temu
c.       Pembelajaran melalui Pemecahan Masalah (Problem Solving Based) dengan cara: Studi kasus, tutorial, dan lokakarya.
Metode   SCL kini dianggap lebih sesuai dengan kondisi eksternal masa kini yang menjadi tantangan bagi mahasiswa untuk mampu mengambil keputusan secara efektif terhadap problematika yang dihadapinya. Melalui penerapan SCL mahasiswa harus berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisis dan dapat memecahkan masalah-masalahnya sendiri. Tantangan bagi pengajar sebagai pendamping pembelajaran peserta didik, untuk dapat menerapkan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa perlu memahami tentang konsep, pola pikir, filosofi, komitmen metode, dan strategi pembelajaran. Untuk menunjang kompetensi pengajar dalam proses pembelajaran berpusat pada mahasiswa maka diperlukan peningkatan pengetahuan, pemahaman, keahlian, dan ketrampilan pengajar sebagai fasilitator dalam pembelajaran berpusat pada mahasiswa. Peran pengajar dalam pembelajar berpusat pada mahasiswa bergeser dari semula menjadi pengajar(teacher) menjadi fasilitator. Fasilitator adalah orang yang memberikan fasilitasi. Dalam hal ini adalah memfasiltasi proses pembelajaran mahasiswa. Pengajar menjadi mitra pembelajaran yang berfungsi sebagai pendamping (guide on the side) bagi mahasiswa. Untuk menjadi fasilitator, selain persiapan pengetahuan, latihan-latihan, juga perlu pengalaman. Melalui pengalaman dan praktek menjadi fasilitator maka akan diperoleh tambahan bekal yang semakin banyak sehingga kita akan dapat menemukan sendiri cara yang tepat, efektif, dan efisien dalam memfasilitasi proses pembelajaran. Jika dalam pembelajaran konvensional lebih banyak berkomunikasi dengan manusia yaitu pengajar atau pembelajar lainnya. Sedangkan dalam pembelajaran jarak jauh lebih banyak berkomunikasi secara intrapersonal berupa informasi atau materi pembelajaran dalam bentuk elektronik, cetak maupun non cetak, seperti komputer/internet dengan surat elektronik (e-mail), atau melalui media telepon, faksimile, jasa layanan pos, siaran radio, ataupun siaran televisi.
Saat ini pemerintah masih menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk pendidikan di Indonesia, proses pembelajaran ini sesuai dengan program Student Centered Learning (SCL). Selain itu, di masa mendatang, dunia kerja membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan baik, yang mampu bekerja sama dalam tim, memiliki kemampuan memecahkan masalah secara efektif, mampu memproses dan memanfaatkan informasi, serta mampu memanfaatkan teknologi secara efektif dalam pasar global, dalam rangka meningkatkan produktivitas. Oleh sebab itu, proses pembelajaran harus difokuskan pada pemberdayaan dan peningkatan kemampuan mahasiswa dalam berbagai aspek ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Mahasiswa sebagai subyek pembelajaran, yang perlu diarahkan untuk belajar secara aktif membangun pengetahuan dan keterampilannya dengan cara bekerjasama dan berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait.
Hal-hal yang Perlu dipersiapkan dalam SCL
1.      Perubahan Sikap dan Peranan Pengajar
Dalam konsep belajar Instructor-Centered Learning, pengajar memiliki peran utama untuk dalam proses pembelajarannya. Mahasiswa akan menerima secara pasif materi yang diberikan dengan mencatat serta menghafal. Dengan demikian sumber belajar utama adalah Pengajar. Dengan menerapkan konsep SCL, sebagian beban dalam mempersiapkan serta mengkomunikasikan materi berpindah ke mahasiswa yang harus pula berperan secara aktif. Pengajar bukan lagi tokoh sentral yang tahu segalanya. Tidak berarti bahwa tugas pengajar menjadi lebih ringan atau tidak lagi penting. Pengajar tetap memainkan peran utama dalam proses belajar, tetapi bukan sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Metode yang dapat diterapkan,seperti diskusi, pembahasan masalah-masalah nyata, proyek bersama, belajar secara kooperatif , serta tugas-tugas mandiri, pengajar akan lebih dituntut sebagai motivator, dinamisator dan fasilitator, yang membimbing, mendorong, serta mengarahkan peserta didik untuk menggali persoalan, mencari sumber jawaban, menyatakan pendapat serta membangun pengetahuan sendiri. Dalam perubahan peranan ini, dibutuhkan kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi serta keterbukaan dari pendidik untuk dapat menjalin hubungan secara individu, untuk dapat mengerti serta mengikuti perkembangan dari masing-masing peserta didik, disamping tentunya wawasan yang luas dalam mengarahkan peserta didik ke sumber-sumber belajar yang dapat digali. Hati dan ilmu menjadi tuntutan bagi pendidik dalam menerapkan konsep SCL.
2.      Perubahan Metode Belajar
Jika seorang berpikir bahwa ia sedang bersenang-senang ketika ia sedang belajar, maka ia akan lupa bahwa ia sedang belajar dan dengan sendirinya akan menikmati dan mendapatkan banyak manfaat (Burns, 1997). Ungkapan ini merupakan ungkapan yang sering terlupakan oleh pendidik. Penerapan kedisiplinan dengan cara yang salah, kurikulum standar dan sebagainya yang membuat anak tidak memiliki pilihan sendiri tentunya tidak akan membuat peserta didik merasa sedang bersenang-senang, karena tidak sesuai dengan apa yang disukainya.Beberapa metode belajar yang mengacu pada belajar secara alamiah dan mengacu pada keunikan individu yang perlu dikembangkan adalah collaborative learning, problembased learning, portfolio, team project, resource-based learning. Metode-metode ini menekankan pada hal-hal seperti kerjasama tim, diskusi, jawaban-jawaban terbuka, interaktivitas, mengerjakan proyek nyata bukan hanya menghafal, serta belajar cara untuk belajar, bukan hanya memperoleh ilmu pengetahuan dan sebagainya.

3.      Akses ke berbagai Sumber Belajar
Untuk menunjang metode belajar yang memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mengenali permasalahan, serta menggali informasi sebanyak mungkin secara mandiri, akses informasi tidak boleh lagi dibatasi hanya pada pengajar, buku wajib serta perpustakaan lokal saja. Peserta didik perlu ditunjang dengan akses tanpa batas ke berbagai sumber informasi, antara lain industri, organisasi sosial maupun profesi, media massa, para ahli dalam bidang masing-masing, bahkan dari masyarakat, keluarga maupun sesama peserta didik. Perkembangan teknologi informasi bahkan memungkinkan tersedianya akses ke berbagai informasi global ke seluruh dunia, melalui akses ke perpustakaan maya , museum maya, pangkalan-pangkalan data di web, atau bahkan kemungkinan untuk dapat berhubungan langsung dengan para ahli internasional.
4.      Penyediaan Infrastruktur Yang Menunjang
Untuk mendukung perubahan serta kebutuhan yang diperlukan dalam menerapkan konsep SCL secara maksimal, perlu adanya infrastruktur yang menunjang. Jaringan kerjasama antar institusi baik pendidikan maupun non pendidikan secara nasional, regional maupun internasional akan sangat mendukung terbukanya kesempatan untuk belajar diluar batasan dinding sekolah atau budaya sehingga lebih memperkaya pengertian akan perbedaan sekaligus menambah wawasan ilmu pengetahuan menjadi lebih tak terbatas. Fasilitas pendamping pendidikan seperti perpustakaan, museum sekolah, laboratorium, pusat komputer maupun layanan administrasi yang memudahkan, responsif, simpatik, serta mengacu pada kepuasan dan kebutuhan peserta didik, akan sangat
mendukung terciptanya budaya SCL. Pemanfaatan teknologi informasi, seperti komputer, telekomunikasi dan jaringan baik dalam kampus maupun luar kampus seperti Internet, merupakan pendukung yang sangat penting dalam menunjang terciptanya fleksibilitas dalam memilih tempat dan waktu belajar, menghubungkan peserta didik dengan akses ke sumber belajar yang luas, kolaborasi serta komunikasi antar dosen dan mahasiswa, orang tua, sesama mahasiswa maupun para ahli.



2.2  Metode-Metode Pembelajaran Mandiri

Untuk dapat menerapkan konsep ini, dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode seperti small group discussion, simulation, case study, discovery learning (DL), self directed (learning (SDL), cooperative learning (CL), collaborative learning (CBL), contextual instruction (CI), project based learning (PJBL) dan Problem based learning an Inquiry (PBL).
Metode-Metode pada Student Centered Learning , antara lain :

a.      Small Group Discussion
Diskusi merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain, seperti CL, CbL, PBL dan lain-lain. Di dalam kelas, kita dapat meminta para mahasiswa untuk membuat kelompok kecil (misalnya 5 – 10 orang) untuk mendikusikan bahan yang dapat diberikan oleh pengajar ataupun bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok tersebut.
Metode ini dapat digunakan ketika akan menggali ide, menyimpulkan poin penting, mengakses tingkat skill dan pengetahuan mahasiswa, mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya, membandingkan teori, isu dan interprestasi, dapat juga untuk menyelesaikan masalah. Apa bisa dilakukan oleh mahasiswa, ketika metode ini diterapkan di kelas. Mahasiswa akan belajar untuk menjadi pendengar yang baik, bekerjasama untuk tugas bersama, memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif, menghormati perbedaan pendapat, mendukung pendapat dengan bukti, serta menghargai sudut pandang yang bervariasi.

b.      Simulation
Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Misalnya simulasi sebagai seorang manajer atau pemimpin, mahasiswa diminta untuk membuat perusahaan fiktif, kemudian di minta untuk berperan sebagai manajer atau pemimpin dalam perusahaan tersebut. Simulasi ini dapat berbentuk permainan peran (role playing). Permainan-permainan simulasi dan lain-lain. manfaat dari model ini adalah dapat mengubah cara pandang (mindset) mahasiswa dengan cara mempraktekkan kemampuan umum (dalam komunikasi verbal dan nonverbal), mempraktekkan kemampuan khusus mempraktekkan kemampuan tim, mengembangkan kemamapuan menyelesaikan masalah, mengembangkan kemampuan empati dan lain-lain.
c.       Discovery Learning (DL)
DL adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan pengajar maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri. Metode ini dapat dilakukan misalnya dengan memberikan tugas kepada mahasiswa untuk memperoleh bahan ajar dari sumber-sumber yang dapat diperoleh melalui internet atau melalui buku, Koran, majalah dan lain sebagainya.

d.      Self Directed Learning (SDL)
SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Mahasiswa sendiri yang merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan. Peran pengajar dalam metode ini hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswa tersebut. Manfaat dari metode ini adalah menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Individu mhasiswa didorong untuk bertanggung jawab terhdapa semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya. Untuk dapat menerapkan metode ini, sebelumnya kita harus dapat memenuhi asumsi bahwa kemampuan mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri.

e.        Cooperative Learning (CL)
CL merupakan metode belajar berkelompok yang dirancang oleh pengajar untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri dari atas beberapa orang mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas, langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya ditentukan dan dikontrol oleh pengajar. Mahasiswa hanya mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh Pengajar. CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa, rasa tanggungjawab individu dan kelompok mahasiswa, kemampuan dan ketrampilan bekerjasama antar mahasiswa, dan keterampilan sosial mahasiswa.


f.       Collaborative Learning (CbL)
CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar mahasiswa yang didasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari pengajar dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh pengajar, semuanya ditentukan melalui Konsensus bersama antar anggota kelompok.

g.      Contextual Instruction (CI)
CI adalah konsep belajar yang membantu pengajar mengaitkan isi mata kuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku kerja professional atau manajerial, entrepreneur,maupun investor.
Contoh: apabila kompetensi yang dituntut matakuliah adalah mahasiswa dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses transaksi jual beli, maka dalam pembelajarannya, selain konsep transaksi ini dibahas dalam kelas, juga diberikan contoh dan mendiskusikannya. Mahasiswa juga diberi tugas dan kesempatan untuk terjun langsung di pusat-pusat perdagangan untuk mengamati secara langsung proses transaksi jual beli tersebut, atau bahkan terlibat langsung sebagai salah satu pelakunya, sebagai pembeli misalnya.
h.      Project-based Learning (PjBL)
PjBL adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati

i.        Problem-based Learning/Inquiry (PBL/I)
PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah an mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut.Pada umumnya, terdapat empat langkah yang perlu dilakukan mahassiwa dalam PBL/I, yaitu:
a.       Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang dituntut mata kuliah, dari pengajarnya.
b.      Melakukan pencarian data dan infromasi yang relevan untuk memecahkan masalah.
c.       Menata data dan mengaitkan data dengan masalah
d.      Menganalisis strategi pemecahan masalah.
Sekarang, kita sudah mendapatkan sedikit gambaran mengenai metode-metode pembelajaran dalam SCL, selanjutnya kita dapat mengembangkan ide kita masing-masing untuk dapat menerapkan metode-metode tersebut di dalam kelas perkuliahan yang kita ampu. Tentu saja tidak semua metode-metode tersebut dapat kita terapkan, tergantung juga pada mata kuliah yang kita ajarkan. Namun demikian kita dapat menerapkan metode tersebut sesuai dengan mata kuliah yang kita ajarkan. Diharapkan juga setelah mencoba menggunakan salah satu metode-metode di atas kita dapat mengevaluasi hasil sebelum dan sesudah. Apakah terdapat perubahan dalam hal penilaian mahasiswa terhadap pengajar, penilaian pengajar terhadap mahasiswa, ataupun sikap mahasiswa dalam menerima perkuliahan di kelas.

2.3   Sasaran dalam pembelajaran mandiri
Menurut Wedemeyer seperti yang disajikan oleh Keegan (1983), siswa/peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pelajaran yang diberikan guru/instruktur di kelas. Siswa/peserta didik dapat mempelajari pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu dengan membaca buku atau melihat dan mendengarkan program media pandang-dengar (audio visual) tanpa bantuan atau dengan bantuan terbatas dari orang lain. Di samping itu siswa/peserta didik mempunyai otonomi dalam belajar. Otonomi tersebut terwujud dalam beberapa kebebasan sebagai berikut:
a.          Siswa/peserta didik mempunyai kesempatan untuk ikut menentukan tujuan  pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan kondisi dan kebutuhan belajarnya.
b.          Siswa/peserta didik boleh ikut menentukan bahan belajar yang ingin  dipelajarinya dan cara mempelajarinya.
c.          Siswa/peserta didik mempunyai kebebasan untuk belajar sesuai dengan  kecepatannya sendiri.
d.         Siswa/peserta didik dapat ikut menentukan cara evaluasi yang akan digunakan  untuk menilai kemajuan belajarnya.
Kemandirian dalam belajar ini menurut Wedemeyer (1983) perlu diberikan kepada siswa/peserta didik supaya mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dan dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Sikap-sikap tersebut perlu dimiliki siswa/peserta didik karena hal tersebut merupakan ciri kedewasaan orang terpelajar. Sejalan dengan Wedemeyer, Moore (dalam Keegan, 1983) berpendapat bahwa ciri utama suatu proses pembelajaran mandiri ialah adanya kesempatan yang diberikan kepada siswa/peserta didik untuk ikut menentukan tujuan, sumber, dan evaluasi belajarnya. Karena itu, program pembelajaran mandiri dapat diklasifikasikan berdasarkan besar kecilnya kebebasan (otonomi) yang diberikan kepada siswa/peserta didik untuk ikut menentukan program pembelajarannya.











BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Dalam Pembelajaran mandiri peserta didik dituntut aktif dan kooperatif untuk memperoleh informasi. Tugas pengajar/pembimbing hanya sebagai fasilitator yang mendukung , membimbing dan membantu peserta didik bila mengalami kesulitan . jadi peserta didik tidak tergantung kepada pengajar.sehingga peserta didik bisa lebih perkembang dan mandiri. Sarana pendukung pembelajaran ini bisa menggunakan media cetak maupun elektronik seperti komputer, internet , dll. Tujuannya agar dapat meningkatkan kemampuan, ketrampilan , serta kreatifitas peserta didik .








Daftar Pustaka

Purnama,Indah.Pengembangan Materi Pembelajaran Mandiri;2013 (diakses tanggal 2 desember 2013) diunduh dari URL : http://www.scribd.com/doc/128057417/Pengembangan-Materi-Pembelajaran-Mandiri

Fairuzel.Konsep Student Centered Learning (online);2010 (diakses 2 desember 2013 ) diunduh dari URL : http://fairuzelsaid.wordpress.com/2010/08/28/pendidikan-konsep-scl-student-centered-learning/
Santoso,Urip. Metode Pembelajaran Student Centered Learning (online);2011 (diakses 3 desember 2013) diunduh dari URL : http ://uripsantoso.wordpress.com/2011/06/03/metode-pembelajaran-dalam-student-centered-learning-scl/

Muljono P. penyusunan dan pengembangan instrument penelitian (online); 2002 (diakses tanggal 20 maret ) diunduh dari URL : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/ha ndle/123456789/34011/KPMpjm-makalah2-penyusunan....pdf

ppp.ugm.ac.id/wp-content/uploads/pembelajaran_mandiri.doc+&cd=1&hl=en&ct=clnk
Unit Pengembangan Materi dan Proses pembelajaran di Perguruan Tinggi, DIKTI 2005 (http://www.cintyasantosa.cz.cc/)




1 komentar: